• Home
  • About
    • Typography
    • Shortcodes
    • Archives
    • Grid
  • Portfolio
    • Portfolio single
  • Gallery
    • Squaregraph
  • Contact

Oky Asha

cool things around us


Di dunia digital global, cloud computing menjadi tren karena memungkinkan pengguna punya akses ke sumberdaya komputasi yang scalable tanpa harus mengeluarkan investasi besar di awal. Di Indonesia sendiri, cloud computing dianggap cocok untuk para pelaku UKM, bahkan kini ada layanan yang memberikan support gratis bagi para pengusaha kecil.

Baru-baru ini, penelitian Asia Cloud Computing Association (ACCA) mengungkap bahwa teknologi berbasis cloud sangat cocok untuk diimplementasikan oleh UKM di Asia, termasuk Indonesia, guna merangkul dan mengembangkan pangsa pasar.

Sifat produk layanan cloud computing juga cenderung lebih terjangkau dan mudah diakses. Bagi UKM dan startup, hal ini sangat penting. Selain dana, keterbatasan startup untuk merekrut seorang ahli untuk mengurusi infrastruktur dan teknologi cloud dapat terpecahkan dengan memanfaatkan layanan cloud yang tersedia. Salah satunya, yang sudah hadir di Indonesia, adalah produk Free Cloud yang diluncurkan tanggal 7 April ini oleh Indonesian Cloud.

Cloud computing telah menjadi sebuah tren karena teknologi ini memungkinkan akses ke sumber daya komputasi yang bisa scalable, tanpa investasi di muka. Indonesian Cloud selama ini melayani komputasi awan untuk bisnis enterprise, kini memberikan layanan kepada startup dengan meluncurkan produk Free Cloud. Produk ini adalah bentuk kepedulian kami kepada Indonesia. Indonesian Cloud ingin memberi kontribusi kepada perkembangan ekosistem startup di sini.

Startup yang sudah berbentuk badan hukum dan membayar pajak dapat menikmati layanan Free Cloud ini. Untuk bisa menikmati layanan FreeCloud, cara registrasinya sangat mudah. Tinggal buka situsFree Cloud, masuk menu sign up, isi data yang diminta dan unggah berkas KTP, NPWP, SIUP atau akta perusahaan.

Layanan gratisan yang disediakan di Free Cloud antara lain 1vCPU, 2GB RAM, 40GB storage, 100Mbps domestic bandwidth, firewall, Load Balancer, dan API & Self Service Portal.

Jika startupnya berkembang dan membutuhkan layanan lebih, tersedia paket-paket yang memberikan servis tambahan dan bisa dipilih berdasarkan kebutuhan. Harga fiturnya beragam, mulai dari Rp. 3.500 untuk tambahan 1GB Disk to a base VM hingga Rp 1,5 juta untuk 1 Mbps Dedicated International Internet (daftar lengkap silakan lihat tabel).


SEO atau Search Engine Optimization adalah usaha-usaha mengoptimasi website untuk mesin pencari agar mendapatkan peringkat yang lebih baik di hasil pencarian. Mesin pencari menggunakan algoritma tertentu untuk mengurutkan website-website berdasarkan rangking. Dengan mempraktekkan SEO, berarti kita menyesuaikan website kita agar bersahabat dengan algoritma tersebut.
Google (dan mesin pencari lain) adalah sebuah produk. Mereka ingin supaya orang lain puas menggunakan layanan mereka. Pengguna menginginkan supaya website terbaik yang relevan dengan pencarian muncul di halaman pertama. Karena itulah mesin pencari selalu ingin menampilkan hasil terbaik untuk setiap kata kunci yang dimasukkan pengguna.
Jadi inti dari SEO adalah jadikan website anda yang terbaik untuk kata kunci yang anda inginkan. Berikut faktor yang mempengaruhinya:
  1. Mobile-friendliness
  2. Konten yang disajikan
  3. Struktur dan navigasi
  4. Kepuasan pengguna (User Experience/UX)
  5. Popularitas
Secara singkat, beberapa hal yang harus dikuasai dalam SEO ialah mengoptimasi halaman website, riset kata kunci (Keyword research), menganalisa kompetisi, membuat konten yang teroptimasi, membangun popularitas, link, dan reputasi, melakukan audit terhadap performa SEO. SEO merupakan bagian dari inbound marketing yang merupakan teknik marketing modern di era digital. Pemasaran inbound, termasuk SEO merupakan metode marketing yang memakan biaya terkecil dibandingkan teknik pemasaran tradisional. Coba perhatikan sajian data dibawah ini:

Dari statistik diatas kita dapat melihat gambaran tentang masa depan dari mesin pencari. Perkembangan yang semakin cepat dan kebiasaan pengguna akan merubah arah dan faktor utama dari SEO.


Makin hari makin canggih. Itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kehidupan zaman sekarang. Semua aspek kehidupan disentuh teknologi yang kian maju, tak luput untuk urusan bisnis. Bisinis yang menjalanak perekonomian kini juga masuk ke level yang lebih tinggi yaitu Electronic Business atau e-business. Elctronic di awal katanya mengartikan aktivitas secara elektronik atau digital.

Semua urusan bisnis meliputi pemasaran, penjualan, perdagangan, perancangan produk, manajemen pemasokan, manfaktur, penyediaan servis dsb kini semakin maju dengan adanya e-business. Jadi e-business ialah semua aktivitas bisnis yang dilakukan dengan menggunakan teknologi informasi, komputer, dan data yang telah terkomputerisasi (Steven Alter. Information System: Foundation of E-Business. Pretince Hall. 2002).

Perusahaan saat ini terbantu dengan adanya e-business ini karena memberikan banyak dampak positif bagi perusahaan dan pertumbuhannya. Mereka bisa menghemat biaya produksi, sumber daya manusia, klien, agency dll.

Salah satu bagian dari e-business yang kian marak ialah Electronic Commerce atau  e-commerce. E-commerce ialah transaksi dalam bentuk jual beli yang mewakili salah satu bagian dari bisnis. E-commerce menjadi bagian yang lebih kecil, dan e-business ialah lingkup besarnya.



Contohnya Garuda Indonesia yang menerapkan e-business. Melalui garuda-indonesia.com kita bisa melakukan reservasi tiket penerbangan dan itu tentu mereka dapat melakukan efisiensi komisi kepada travel agent dan pihak terkait lainnya. Selain itu Garuda Indonesia juga ingin memberikan pelayanan maksimal tidak hanya saat pelanggan terbang bersama mereka. Mereka memberikan Garuda Miles sebagai salah satu benefit terhadap penumpang setianya. Dengan e-business perusahaan bisa melakukan banyak yang berdampak baik terhadap hubungannya dengan pelanggan. Penerapan e-business pada Garuda Indonesia memberikan berbagai keuntungan baik untuk perusahaan maupun pelanggan. Sistem yang digunakan sebagai POS (Poin of Sales) disebut dengan Global Distribution System (GDS), GDS memiliki interface yang berupa GUI (Graphical User Interface) yang langsung berhadapan dengan pelanggan. Saat berinteraski dengan sistem melalui GUI, maka sistem tersebut secara real-time akan melakukan proses back-office.


Walaupun perusahaan telah menjalankan e-commerce bahkan hingga banyak sektor e-business lainnya, namun banyak pelaku e-commerce yang tetap hadir salah satu contohnya Traveloka.com yang menyediakan pelayanan reservasi penerbangan dan penginapan. Traveloka fokus sebagai penyedia layanan reservasi tiket yang artinya mereka bermain sebagai pelaku dalam membantu perusahaan atau pelanggan. Traveloka tidak memiliki produk untuk dijual seperti layaknya Garuda Indonesia, mereka menempatkan diri sebagai penyedia layanan reservasi tiket melihat tingginya demand terhadap masyarakat yang menggunakan armada penerbangan dan penginapan hotel.




Budaya kerja yang nggak harus di kantor makin ramai di Indonesia. Setelah lebih dahulu populer di luar negeri, kini hal tersebut muncul dan menjadi pilihan orang kantoran, freelancers, entrepreneur bahkan mahasiswa. Budaya co-working space ini sendiri muncul salah satu faktornya ialah bekerja dengan tempat yang lebih nyaman dan lingkungan yang fresh dan inspiratif. Di luar negeri kantor yang memiliki suasana yang kaku atau sangat formal masih dapat diimbangi dengan kantor yang memiliki suasana yang lebih santai dan menyenangkan. Beda dengan Indonesia, sebelum setahun belakangan yang kita lihat kantor formal dan kaku lebih mendominasi, untuk yang tidak formal dan santai masih sangat jarang. 


Menjamurnya co-working space ini sendiri tidak hanya di Indonesia namun juga di negera-negara lainnya. Mulai banyak yang meliput, mempelajari bagaimana membangun suatu ruangan atau konsep kantor yang lebih santai. Mungkin salah satu pelopor budaya kerja yang tidak formal ini saya liihat dari Google. Siapa yang tidak tahu bagaimana budaya kerja dan kantor mereka, bahkan awalnya banyak yang tidak menyangka perusahaan teknologi besar semacam Google terlihat bekerja seperti tidak serius kan?


Dari beberapa artikel yang saya baca dan lihat, tech start-up (perusahaan teknologi baru) juga menjadi biang dari munculnya konsep kerja yang beda dari biasanya dan co-working space itu sendiri. Lihatlah semacam Twitter, Airbnb, Vimeo dan lainnya yang mengusung hal yang sama dalam budaya kerja mereka. Dari itu semua menurut saya budaya kerja yang santai dan tech start-up adalah salah dua faktor besar dari muncul dan berkembangnya co-working space.


Coffee shop mungkin dapat menjadi pilihan tempat bekerja alternatif, namun tidak terlalu kondusif karena bunyi dari mesin roasting, suara pengunjung yang mengobrol dan hal lainnya. Maka co-working space lebih unggul dan merupakan pilihan yang tepat. Nah, saya akan rekomendasikan beberapa co-working space terbaik yang ada di Jakarta. Apa saja?





Comma
Jl. Wolter Monginsidi 63B
+6221-725-4742
www.comma.co.id

Comma mengklaim sebagai co-working space pertama di Jakarta. Ya mereka sebagai pelopor hadir dan maraknya co-working space hingga hari ini. Saya sendiri tahu dari akun @sheggario dan @renecc tentang keberadaan Comma. Terletak di daerah strategis bisnis ibukota. Suasana nyaman dan playful, serta dilengkapi fasilitas locker room, printer, scanner dll dapat digunakan untuk menunjang aktivitas kerja.





Tier Space

Jl. Bhakti No. 10
+62 21 29126145
www.tier-space.com

Tier Space ialah salah satu alasan pilihan untuk mengerjakan pekerjaan lebih produktif lagi dibanding di cafe. Terletak di kawasan bisnis yaitu SCBD, Tier Space ini hadir dengan konsep yang fresh dan colorful. Mereka menyasarkan pada start-up dan anak muda kreatif.




Conclave

Jl. Wijaya No. 5C
+62 21 2751 0239
www.cnclv.co


Salah satu tempat yang telah saya kunjungi saat screening TED 2015 bersama TEDx Jakarta. Conclave terletak di samping Typology. Suasana conclave yang didominasi kayu dan pipa-pipa berwarna hitam mengelilingi atap dari tiap lantainya membuat kenyamanan tersendiri. Conclave meghadirkan suasana yang lebih warmth terlihat dari pencahayaan yang berasal dari lampu-lampunya. Conclave ditemukan oleh by Marshall Utoyo, untuk menumbuhkan energi kreatif di Jakarta.




Coworkinc.

Jl. Kemang 1 No. 7
+62 21 7177 0061 / 719 2629
www.coworkinc.net

Satu lagi co-working space baru yaitu coworkinc. Hadir di lt. 3 sebuah gedung di daerah Kemang. Mereka mengadakan acara Netwarming dimana mempertemukan para pemain industri, karena coworkinc sangat yakin pada nilai dari sebuah networking. Disini juga hadir Common Grounds, jadi kalo butuh kopi untuk bekerja tinggal mampir..


Nah itulah beberapa rekomendasi co-working space yang ada di Jakarta. Kebutuhan kerja seperti tempat yang nyaman dan inspiratif, highspeed wi-fi, meeting room, kopi, library dll tersedia disini. Tinggal pilih dan sesuaikan situasi apa yang diinginkan.


Kalo ada rekomen tempat yang lainnya, silahkan tinggalkan di kolom komentar yaa... Happy working!



Suka makan? Suka suasana tempat makan? Suka nyobain tempat makan baru?

Nah beberapa bulan belakangan ini saya juga seneng melakukan hal-hal seperti yang disebutkan tadi. Kalo saya lebih suka nyari tempat ngopi yang oke, enak buat ngerjain tugas atau project berjam-jam, meeting, atau hanya sekedar nongkrong dan ngobrol bareng temen-temen. Belakangan juga makin maraknya tempat kopi lokal muncul di Indonesia, terutama Jakarta. Ini membuat gaya hidup masyarakat sedikit berubah karena banyak yang menggunakan tempat ngopi, kafe atau restoran untuk menyelesaikan kerjaan dan hal produktif lainnya disamping untuk hang out. Ini membuat orang-orang ingin menemukan tempat yang nyaman dan tepat. Salah satu hal yang sering terjadi adalah kita menukan tempat makan yang nyaman namun makanan atau pelayanannya mengecewakan, atau makanan yang enak namun ambience nya tidak memuaskan.

Mungkin mesin pencari seperti Google membantu, namun tidak terlalu memuaskan. Foursquare, Swarm, Trip Advisor, OpenRice dll lumayan membantu saya namun juga hanya sekedarnya saja, tidak ada hal berbeda dibanding melihat review dari blog atau website. Akhirnya secara tidak sengaja saya menemukan Zomato saat ngubek-ngubek store di Windows Phone. Saya download dan coba menggunakannya, ternyata memuaskan! Saya menemukan berbagai info yang rinci tentang tempat makan yang ingin saya datangi. Zomato menghadirkan pengalaman yang berbeda, terdapat info lengkap tentang lokasi, foto, ulasan, ketersediaan fasilitas pendukung, range harga yang spesifik dan terbaru, dan yang paling utama yaitu daftar menu! IYA MENU! Jadi bisa memperkirakan berapa uang yang harus saya keluarkan untuk sekali datang kesana. Ini sangat membantu mengingat saya adalah seorang yang well prepared, visioner, mandiri dan cukup baik dalam mengatur personal finance mahasiswa. Selain itu menariknya ialah tiap ulasan atau foto yang diunggah maka foodie akan mendapatkan poin yang akan diakumulasikan menjadi level foodie di profil mereka. Juga dapat berinteraksi dengan sesama foodie dengan saling mem-follow untuk medapatkan inspirasi tempat makan bagus dan baru lainnya.





Setelah cukup lumayan rajin memberikan ulasan di Zomato saya akhirnya bertemu dengan salah seorang dari tim Zomato Indonesia untuk ngobrol dan sharing tentang saya dan mengetahui Zomato lebih dalam lagi. Saya bertemu dengan mba @wonder_triper di kantor Zomato Indonesia yang terletak di daerah Kuningan, kebetulan mereka baru saja pindah kantor. Zomato yang kini telah hadir di 20 negara dan 119 kota diseluruh dunia. Di Indonesia sendiri mereka sudah hadir lebih dari setahun dan menyediakan layanan untuk area Jabodetabek dan Bali. Saya denger mereka juga akan hadir lagi di salah satu kota besar di pulau Jawa pada tahun ini. Kota apa yaa? Hmm.. ssstt.. bocoran sedikit, yaitu Bandung! Wohoo!

Zomato dan mba Shabrina baik banget, pulang-pulang dapet voucher makan dan merchandise dari Zomato.. :p Akhirnya saat ini saya menjadi verified foodie reviewer di Zomato dengan the delicious blue star badge di profil saya. Ehehehe. Senang juga bisa bergabung dengan temen-temen yang mempunyai minat yang sama di Zomato Foodie Community!

Kalo kamu merupakan foodie reviewer yang aktif, Zomato selalu mengadakan #zomatomeetup rutin dua bulan sekali. Private event ini dihadiri foodie, food blogger dan food photographer. Bertemu orang-orang baru dengan kesukaan yang sama pastinya akan menyenangkan!

Zomato tersedia untuk Windows Phone, iOS dan Android.

Jangan lupa follow zomato.com/okyasha yaa :p





Hai, 2015!

Kamu buka Instagram setiap hari? Dari sekian banyak foto yang muncul di timeline pasti salah satunya adalah foto makanan. Food photography. Bahkan di timeline saya pribadi 75% foto dengan jenis itulah yang selalu mewarnai timeline. Foto-foto alam, traveller, perspektif bangunan dan meme banyak, namun tetap kalah dibanding food photography!

Foto bertema makanan memang makin menjadi-jadi di 2014. Seperti tiap orang saling terpengaruh untuk melakukan hal yang sama, mengeksplorasi meja makan mereka. Tipe food photography yang sedang ramai sekarang ini adalah mereka yang mengeksplorasi cafe, restaurant atau coffee shop yang sedang menjadi tren. Hampir setiap hari mereka rutin mengunggah foto 2 sampai 3 kali. Contohnya di pagi hari, postingan coffee time muncul berderetan memenuhi timeline. Hal yang menarik sebagian dari mereka juga merupakan food blogger, jadi foto-foto itu tentu saja merupakan kebutuhan materi mereka dalam membuat ulasan. Nah, sebagian laginya bukan food blogger. Artinya food photography saat ini tidak hanya digeluti food blogger, banyak yang terinspirasi melakukan hal yang sama membuat halaman profil Instagram mereka menarik dengan foto-foto makanan, suasana kafe dengan sudut pandang yang menarik. 

Mungkin kita bisa menyebutnya dengan food IGers? Foodie IGers? Atau yang lainnya. Ada saran?

Kita tidak hanya dapat melihat jepretan mereka di Instagram. Cobalah datang ke kafe, restoran atau tempat ngopi favorit dan sedang hype, maka kalian akan menemukan mereka. Saat kalian menemukan mereka jangan heran bagaimana mereka mengeksplorasi mendapatkan gambar yang bagus dengan melakukan hal-hal menakjubkan. Contohnya naik ke atas kursi. Ya! Itu sudah jadi hal yang lumrah sepertinya ya belakangan ini. Hahaha.. Saya pernah mendengar cerita beberapa teman, melihat dibalik layar dan melihat langsung mereka melakukan hal tersebut. Menarik memang, di sebuah kafe, memesan secangkir kopi dan menu sarapan, bermodal kamera ponsel pintar atau saku, naik ke atas kursi dan mengambil gambar. Hasilnya kalian bisa lihat sendiri foto-foto yang diambil dari bagian atas meja makan. Tidak hanya mereka yang sudah profesional, banyak IGers baru yang mulai mencoba melakukan hal yang sama. Naik ke atas kursi, jepret sana-sini. Saya sendiri tidak mempermasalahkan hal ini, malah ini sangat menarik! Saya akan senang bertemu orang-orang seperti ini, karena saya melakukan hal yang sama dengan mereka, momotret apa yang ada di meja makan. Walaupun seseungguhnya saya belum pernah naik ke atas kursi. Saya bersyukur punya tangan yang cukup panjang membantu ini.



Nah foto-foto diatas merupakan beberapa dari feed @inijie, @koentadyy, @captainruby, @agiasidi ini adalah beberapa orang Indonesia yang saya jadikan pengaruh bagi saya karena feed Instagram mereka yang super keren!

Semakin rame dan menjamurnya budaya memotret makanan ini juga tidak terlepas dari penetrasi perkembangan perangkat mobile mulai dari smartphone, phablet, dan tablet. Perangkat mobile yang kini makin beragam dengan spesifikasi cukup tinggi, dan didukung dengan kamera yang cukup mumpuni. Selain itu juga perkembangan internet dan sosial media di negeri kita. Pengguna internet tumbuh dengan cepat dan kita menjadi salah satu netizen paling aktif di dunia. Beberapa faktor seperti inilah yang mendukung semakin menjamurnya food photography. Ada yang coba mulai membuat blog ulasan makanan, ada yang makin serius menjadi food IGers, ada yang menulis review tempat makan favorit di daerahnya dan yang lainnya.

Ngomong-ngomong soal review tempat makan favorit, ada satu platform yang beberapa bulan belakangan ini mulai saya sering gunakan. Zomato, saya menggunakan aplikasi satu ini untuk mencari tempat makan favorit atau baru yang ada di Jakarta. Menariknya adalah mereka tidak hanya menghadirkan review dari para pengguna, namun juga menyajikan foto menu, tempat, nomor telepon, lokasi tempat makan dan info menarik lainnya. Menarik! 
Apalagi saya saat ini lagi seneng-senengnya mencari tempat ngopi dengan cita rasa kopi yang oke dan tempat yang nyaman untuk kerja atau ngobrol.

Akun Zomato saya bisa kalian kunjungi di zomato.com/okyasha



Untuk lebih lanjutnya akan saya ulas di postingan berikutnya saja yaa... Ohiya, Selamat Tahun Baru 2015 semua! Resolusinya jangan lupa dilakuin... Hahaha.


Setelah di artikel sebelumnya saya membahas apa itu Perbedaan UI dan UX, kali ini saya akan sharing tentang prinsip-prinsip dalam UI/UX. Kebanyakan dari kita menghabiskan waktu sekitar 3 jam sehari untuk online dengan menggunakan berbagai macam jenis layar dimana menarik lebih dari 1 triliun halaman web dan jutaan aplikasi mobile. Nah, lalu hal-hal apa saja yang bisa membuat UI/UX lebih efektif untuk memanfaatkan statistik tadi?
  1. Desain Seharusnya Fokus pada Sebuah Pengalaman
    Orang tidak selalu mengingat informasi yang ditampilkan, tapi akan mengingat yang mereka rasakan. Seperti advertisers yang fokus menjual untuk menarik perhatian kita. Geoffrey James pada Inc.com artikel mengatakan, "Bukanlah informasi itu sendiri yang penting, melainkan bagaimana efek dari informasi tersebut kepada audiens".
    Itu mengapa UI/UX desain menjadi salah satu bagian utama dari pengembangan web dan aplikasi. Tampilkan kombinasi dari teks, gambar, layout dan interaktif elemen lainnya dengan efektif untuk memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi audiens, tidak sekedar tampilan informasi.
    Dengan semua kompleksitas dan kuantitas informasi yang ada, perbedaan adalah faktor penting. Seperti halnya saat ini, banyak perusahaan yang semakin lebih visual, lebih bercerita, dan menampilkan emosi untuk membuat mereka menang dibandingkan kompetitornya.
  2. Orang Mengamati Website, bukan Membancanya
    Buatlah website Anda menjadi menarik untuk dilihat. Itulah kenapa menggunakan infografis menjadi sebuah standar jika orang ingin melihat tumpukan data dan instruksi. Poinnya ialah Anda mungkin tidak akan membaca semua hal dalam sebuah artikel, namun Anda akan mencari headline dan mencari hal menarik yang ingin Anda lihat. Membuat tampilan antarmuka menjadi menarik dengan lebih simple saat ini adalah cara terbaik mendatangkan audiens.

  3. Pengguna Menginginkan Simplisitas dan Jelas
    Hanya 0,5 detik kesempatan Anda untuk menentukan apakah audiens menarik pada website Anda atau tidak, jika tidak mereka akan beralih ke website lain. Jadi pertimbangkanlah website atau aplikasi Anda agar mudah digunakan audiens. Sebuah desain yang konsisten sebenarnya ialah salah satu hal yang membuat audiens jadi lebih mudah melihatnya. Karena mereka telah familiar dengan komponen, kebiasaan, warna dan estetik dari website Anda.

  4. Ketahuilah dimana Anda Harus Kreatif dan dimana Anda Menggunakan Pola Desain yang Sama
    Berhati-hatilah menginovasikan pola UI baru terhadap pola desain yang sama dimanapun. Kebanyakan tampilan seharusnya telah familiar bagi audiens. Contohnya, link seharusnya tetap kelihatan seperti link, tombol seperti tombol. Terlalu kreatif terhadap pola desain akan membuat audiens bingung, gunakanah pola yang terstandarisasi.
    Navigasi, URL, dan penempatan tombol seharusnya menjadi fokus sebelum mendesain estetik. Itulah kenapa praktik terbaik untuk wireframe tanpa desain estetik untuk memulai dengan fokus dengan layout awalnya.
  5. Desain untuk Menarik Perhatian 'above the fold' dibanding Mendesain Segalanya 'above the fold'
    Pertama, mendesain 'above the fold' harus diletakkan dalam konteks. Tipe fold pada varian perangkat berbeda-berbeda. Contohnya pada laptop bisa menjadi 3 kali lebih kecil dibanding komputer desktop dan perangkat mobile bisa 2 kali lebih kecil dari laptop.
    Ini berarti konten pada fold ialah penting, lebih penting dibanding menarik perhatian audiens. Sangat simple bahwa segala hal yang penting diletakkan 'above the fold'.
  6. Scrolling Kadang Lebih Baik dibanding Paging
    Saat ini website lebih panjang dibanding website dahulu. Contohnya Amazon menjual Kindle terbaru, jika Anda mencetak halaman terseut maka akan menghasilkan seperti 17 halaman panjangnya. Ada hal umum seperti mengatakan "klik itu mahal dalam kegunaan".Orang tidak akan mengklik jka Anda tidak mendesainnya dengan banyak. Pad akhirnya, kenbanyakn kita lebih mudah dan cepat melihat rute pada hal yang kita butuhkan.
    Faktanya ialah kita sangat cepat melihat sebuah website (lihat no.2), namun rata-rata wbsite di refresh di 6,5 detik. Apa yang sebaiknya Anda lakukan? Klik untuk 4 bagian untuk menemukan informasi dengan memakan 27 detik atau melihat halaman yang lebih panjang numn hanya memakan waktu 5-10 detik?

  7. Bangun Responsif Desain yang Bagus vs. Skedar Responsif Desain Biasa
    Menjadikan website responsif sudah menjadi kewajiban saat ini untuk menyesuaikan kebutuhan berbagai akses untuk gadget. Sebagian kita hanya mendesain responsif website dengan memberi proporsi ukuran gambar dan teks hanya untuk menyesuaikan saja menjadi responsif. Dan ada perbedaan antara memiliki desain responsif dengan desain responsif yang bagus. Jadi, coba lihatlah website Anda saat ini pada perangkat mobile gadget.



    *Article in English
Most of us spend 3+ hours online every day using a myriad of devices with screens that require near exclusive attention where over 1 trillion web pages and millions of mobile apps are competing for our time.  To help you be effective, Fresh Consulting has selected 7 of its 50+ principles that assure your application or website is sweet and stands out from the rest.


1.  Design should focus on an experience
People don't always remember information presented, but they do remember what they feel.  Advertisers focus on selling to our hearts, so why shouldn't you?  As Geoffrey James, in an Inc.com article states, "[It] is not the information itself that is important, but the emotional effect that the information has on your audience."
This is why User Experience Design, or UX design, has become such an integral part of web and application work.  It should effectively weave together a combination of text, graphics, layout and interactive elements to ensure users have an experience, not just an informational view.
With all of the complexity and quantity of information we are swimming in, differentiation matters.  If you scan through today's interfaces, they incorporate more visuals, more story and more emotion to help convey why theymatter in the sea of competitors.  This brings us to our next point…

2.  People scan websites, they don't read them
Make your website scannable because users don't read websites the way they read other material.  Is it any wonder why the use of infographics has become standard fare for anyone looking to convey sets of data or instructions?  Research shows that "users switch from scanning to actually reading the copy when web content helps [them] focus on sections of interest." Case in point, you probably are not going to read this entire article, rather scan the headlines and dive in where you want to read further.  Making your interface scannable will make it simpler for today's audiences, which brings us to our next point…

3.  Users crave simplicity and clarity
It takes as little as 0.5 seconds for visitors to decide whether they are interested in a website or not, so be clear with what you want users to do.  Today's interfaces need 'preferred actions' to be as obvious as possible.  User's should not have to think about what you want them to do.  For example, it could mean focusing visual attention on one button vs. four on your home page. Consider what your web app or website can do to make it easy to use.   For example, a form can give default values most users would adhere to rather than giving every option available.   Part of design is designing for the majority of your users and letting extra functionality be discovered as needed (e.g. through hover controls) without delivering everything in your face.
A consistent design is actually simpler for users because it re-uses components, behaviors, colors, and aesthetic to reduce the need for users to rethink.  Users are already familiar with many of the components used throughout the web so complying with these patterns will make the system simpler and clearer to begin with, which brings us to our next point…

4.  Know where to get creative and where to use common design patterns
Be careful with innovating new UI patterns that are already commonly known patterns elsewhere.  You don't want people to have to think too hard about where common elements are.  Most interfaces should already be familiar to users.  For example, links should look like links.  Buttons should look like buttons.  Login access is typically located in the upper right; logos and company names upper left. Getting too creative with common patterns is like saying, "Let me put the blinker for the car with the radio controls," rather than using the standard up/down stick on the left of the steering wheel.  It might feel cool to do something non-traditional, but cool does not mean usable.  Usability and creativity need to be balanced.
Navigation, URLs, and button placement should focus on usability first before design aesthetic.  This is why its best practice to wireframe without design aesthetic to begin with to focus on layout first.  Then you can focus on getting creative so the creativity is appreciated, which brings us to our next point…

5.  Design to capture someone's attention above the fold rather than design everything above the fold.
First, designing for 'above the fold' needs to be put in context.  The fold varies for every device–a fold for a laptop could be three times as small as a fold for a large desktop and a mobile device might have a fold twice as small as a laptop. This means that while the 'above the fold' content is important, it is more important to capture user attention into your experience than it is to put everything above.  Putting everything above the fold would be, as Eric Huber states, "the equivalent of taking everything in your store and putting it on the curb, along with painting every sales price on the doors and windows, just in case someone passing by might not come in your store."
Of course, the stuff above the fold is still important in your information hierarchy because its the first thing people see; however, when you balance the importance of simplicity, clarity, and experience, it puts the ever-changing fold line in context as one variable of many. It is simply a dated notion that everything important has to be above the fold.  What is not dated is capturing someone's attention so that they want to and do scroll down and experience the rest of your website or application, which bring us to our next point…

6.  Scrolling is often faster than paging
Today's websites are vertically longer, much longer than sites of old when designers thought everything needed to be above the fold.  Take this example from Amazon that sells their new Kindle, if you print this page out, it is 17 pages long.  While Amazon is unique and their practices as the world's leading ecommerce site are not best practice for everyone, just visit 10 modern company websites and you'll probably find the average printed page length to be 3 – 6+ pages. Back in 1997, Jakob Nielsen, a long time web usability expert, retracted the guideline to avoid scrolling web pages in order to let users focus on speed. He went on to say "scrolling beats paging" because its faster to scroll down than to click, which means longer pages can be better than just more pages.  Today's web navigation is flatter as a result.
We often say "clicks are expensive in usability" but what we really mean is that clicks that require page refreshes are "expensive".  People just don't click as much we design for.  At the end of the day, most of us are looking for the easiest and fastest route to get what we need.  Scrolling more vs. clicking again may help with that. The fact is, we're very fast at scanning a website (see #2) but the average website refresh is 6.5 seconds.  What would you rather do?  Click into 4 places that takes 27 seconds or quickly scan a longer home page in 5-10 seconds?   Flicking and panning on our mobile and tablet devices has only strengthened our scrolling frequency, which brings us to our next point…

7.  Build nice responsive design vs. just responsive design
Responsive design–designing your website or app to have a fluid interface for varying device sizes–has been popular for the last few years.  If you're not on the responsive design bandwagon yet, you've probably heard that it's important, but does it really make a difference?  Research continues to prove that it does. However, most design companies, including ourselves originally, were designing websites to be responsive just to be responsive but the size of images and text were sometimes skiwampus in proportion.   Users are on all device types of all screen sizes, so you naturally want your site or app to look good everywhere.  And there is difference between having responsive design and a responsive design that looks good.  So after you've checked the box, look at your responsive design on a mobile or tablet device and ask yourself if it is nice.


*this article is for softskill assignment for Gunadarma University
Name: Oky Oktavian Asha
Class: 3IA19
NPM: 55412593


Soal

  1. Apa yang kalian ketahui tentang permodelan grafik?
  2. Sebutkan dan jelaskan macam-macam permodelan grafik?
  3. Jelaskan yang kalian ketahui tentang perkembangan desain permodelan grafik di saat ini?
  4. Sebutkan tools-tools untuk permodelan grafik?
Jawab
1. Desain Pemodelan Grafik adalah proses merencanakan atau merancang, membuat objek baru kemudian memproses obyek tersebut menjadi suatu bentuk yang diinginkan dengan bantuan software komputer.

Berikut ini merupakan kegiatan yang berkaitan dengan grafik komputer:

Pemodelan geometris : Menciptakan model matematika dari objek-objek 2D dan 3D.
Rendering : Memproduksi citra yang lebih solid dari model yang telah dibentuk.
Animasi :Menetapkan/menampilkan kembali tingkah laku/behaviour objek bergantung waktu.
Graphics Library/package : Perantara aplikasi dan display hardware(Graphics System) (contoh : OpenGL)
Application program : Memetakan objek aplikasi ke tampilan/citra dengan memanggil graphics library. Hasil dari interaksi user menghasilkan/modifikasi citra.
Citra : Merupakan hasil akhir dari sintesa, disain, manufaktur, visualisasi dll.

2. Macam-macam permodelan grafik:


Objek 2 Dimensi

Dalam dunia komputerisasi grafik komputer 2D adalah sebuah generasi gambar digital berbasis komputer, yang kebanyakan mengambil objek-objek dua dimensi. Model grafik tersebut merupakan kombinasi dari model geometri (grafik vektor) gambar digital (raster Graphics), fungsi matematika, dan sebagainya.

Macam-macam objek 2 Dimensi:
Line, Circle, Arc, Polygon, Text, Section, Rectangle, Ellips, Donut, Star, Helix

Objek 3 Dimensi

3D biasa disebut benda yang memiliki panjang, lebar, tinggi. Grafil 3D merupakan teknik yang berpatokan pada titik sumbu X (datar), sumbu Y (tegak), dan sumbu Z(miring). 3D, biasanya digunakan dalam penanganan grafis. Secara umum 3D menunjuk pada kemampuan dari sebuah video card. Grafik 3D merupakan perkembangan dari grafik 2D. Dalam grafika komputer, 3D merupakan bentuk grafik yang menggunakan representasi data geometri tiga dimensi. Proses pembuatan grafik komputer 3D dapat dibagi ke dalam tiga fase, yaitu 3D modeling yang mendeskripsikan bentuk dari sebuah objek, layout dan animation yang mendeskripsikan gerakan dan tata letak sebuah objek, dan rendering yang memproduksi image dari objek tersebut.

Macam-macam objek 3 Dimensi:

Cube, Sphare, Tube, Pyramid, Plane, Oval,dll

3. Perkembangan desain grafis saat ini sudah berkembang pesat terutama dengan adanya bantuan teknologi. Beberapa perkembangan desain grafis saat ini yaitu dalam dunia game terutama game 3 dimensi yang terbentuk dari suatu objek yang memiliki panjang, lebar, dan tinggi dengan 3 titik koordinat x, y, dan z. Dimana bentuk game 3 d imensi sekarang memiliki tampilan bentuk yang halus dan detail, sehingga membuatnya mendekati kenyataan dengan tambahan efek-efek yaitu penyinaran dan sebagainya. Semakin bagus dan detail tampilan dari suatu game tersebut di butuhkan kekuatan ekstra untuk melakukan render dalam tiap tampilan pada game tersebut.


Namun ada suatu alat dengan konsep virtual reality yaitu Oculust rift perangkat berbentuk seperti kaca mata yang menyajikan lingkungan tiga dimensi dalam game yang sangat nyata, hingga membuat penggunanya merasa seperti benar-benar "terjun" ke dunia maya. Proses rendering dalam game tersebut sangat berat jika dibandingkan game 3 dimensi. Karena GPU harus bekerja atau memproses dua kali masing-masing untuk mata kanan dan kiri. Desain grafik juga merambah ke dunia gadget seperti handphone, tablet,dll untuk memberikan nuansa tampilan dalam perangkat tersebut.


4.Tools-tools untuk permodelan grafik, yaitu:


Desktop publishing;

Adobe Photoshop, Adobe Illustrator, Adobe IndesignCoreldraw, GIMP, Inkscape, Adobe Freehand, Adobe image ready, CorelDraw, Adobe Page Maker, Paint Tool SAI

Web Desain;

Adobe Dreamweaver, Microsoft Frontpage, Notepad, Adobe Photoshop

Audio Visual;

Adobe After Effect, Adobe Premier, Final Cut, Adobe Flash, atau sebelumnya Macromedia Flash, Ulead Video Studio, Magic Movie Edit Pro, Power Director

Rendering 3 Dimensi;

3D StudioMax, Maya, AutoCad, Google SketchUp, Light Wave, Blender, Softimage



*this article is for softskill assignment for Gunadarma University
Name: Oky Oktavian Asha
Class: 3IA19
NPM: 55412593 



Jika kita berbicara tentang desain grafis pasti selalu berkaitaan dengan UI dan UX. Dua hal yang saling ketergantungan dan menjadi tolak ukur untuk keberhasilan suatu produk. Di beberapa perusahaan, mereka meng-hire orang-orang yang memilki kemampuan bidang ini tersendiri, maka munculah yang namanya UI/UX desainer. Lalu apa perbedaan keduanya? Apakah memiliki sebuah 'big thing'?



UI (User Interface)

UI fokus kepada bagaimana seluruh tampilan sebuah produk dilihat dan ditata dari antarmuka pengguna. UI desainer mendesain berbagai macam tampilan untuk berbagai ukuran layar, yang tentunya ini cukup sulit mengingat semakin beragamnya gadget dengan berbagai macam ukuran layar. UI desainer harus mensinergikan agar UI dapat berkomunikasi dengan baik dengan UX sebuah produk. Sebagai contoh, seorang UI desainer membuat sebuah dasboard analitik dengan semua konten utama berada diatas, atau memutuskan membuat slider agar menyesuaikan dengan grafik. UI desainer juga bertanggung jawab membuat design language yang konsisten untuk produk. Jika sebuah tampilan menu home sebuah aplikasi menggunakan flat design, maka UI desainer harus menggunakan gaya desain ini keseluruh bagian aplikasi dengan tujuan tidak membingungkan pengguna dan menjadikan tampilannya tidak asal-asalan.



UX (User Experience)
Sedangkan UX fokus bagaimana merasakan pengalaman dari sebuah produk dilihat dari antarmuka pengguna. UX desainer harus mengeksplorasi lebih dalam bagaimana memecahkan masalah spesifik seorang pengguna. Tanggung jawab seorang UX desainer adalah memastikan bahwa setiap langkah demi langkah berjalan dengan logis dan jelas. Salah satu hal yang harus dipahami UX desainer ialah harus memahami betul bagaimana kebiasaan dari pengguna, dengan mengindentifikasi kebiasaan verbal dan non-verbal pengguna. Contohnya seorang UX desainer menempatkan tombol menu, memberikan pilihan menu untuk masuk ke tampilan berikutnya, atau menempatkan tombol yang berguna seperti sharing, read later, pin jika dalam sebuah apilkasi news reader.

Itulah garis besar perbedaan dari UI dan UX yang selama ini banyak orang masih menganggap bahwa keduanya adalah sama, padahal kenyataannya berbeda. Batasan UI dan UX sendiri pun memang sangat tipis, sehingga beberapa perusahaan menjadikan posisi ini ditempati oleh desainer yang sama.
Deliverables: Wireframes of screens, storyboards, sitemap
Tools of the trade: Photoshop, Sketch, Illustrator, Fireworks, InVision

*Article in English




If we talk about graphic design is always related about UI and UX. Two things are interdependent and become a benchmark for the success of a product. In some companies ,they hire people who have the ability to have its own field, then comes the name of the UI / UX designer. Then what is the difference of both? Does it has a 'big thing'?

UI (User Interface)

UX designers are primarily concerned with how the product feels. A given design problem has no single right answer. UX designers explore many different approaches to solving a specific user problem. The broad responsibility of a UX designer is to ensure that the product logically flows from one step to the next. One way that a UX designer might do this is by conducting in-person user tests to observe one's behavior. By identifying verbal and non-verbal stumbling blocks, they refine and iterate to create the "best" user experience. An example project is creating a delightful onboarding flow for a new user.

UX (User Experience)
Unlike UX designers who are concerned with the overall feel of the product, user interface designers are particular about how the product is laid out. They are in charge of designing each screen or page with which a user interacts and ensuring that the UI visually communicates the path that a UX designer has laid out. For example, a UI designer creating an analytics dashboard might front load the most important content at the top, or decide whether a slider or a control knob makes the most intuitive sense to adjust a graph. UI designers are also typically responsible for creating a cohesive style guide and ensuring that a consistent design language is applied across the product. Maintaining consistency in visual elements and defining behavior such as how to display error or warning states fall under the purview of a UI designer.

*this article is for softskill assignment for Gunadarma University
Name: Oky Oktavian Asha
Class: 3IA19
NPM: 55412593



Setelah beberapa bulan lalu Google mengenalkan Material Design pada konferensi tahunannya di Google I/O, akhirnya saat ini pengguna Android dapat merasakan Material Design dalam kemasan Android Lollipop! Nah kali ini akan dibahas prinsip-prinsip dasar dari Material Design. Para desainer pasti sudah tahu prinsip-prinsip pada desain Android sebelumnya, namun apa saja yang telah dikembangkan oleh tim desain Google pada Material Design? Ini dia..

  • Paper & Ink
    Inspirasi dasar dibalik MD (Material Design) adalah material sederhana – dari kertas dan tinta. Kertas dianggap sebagai elemen antarmuka, sedangkan tinta ialah warna, animasi adalah riak, dinamika ialah gerak, dan bakat dalam desain.

     
  • Co-Planar Paper
    Ini adalah istilah dasar saat kita membicarakan MD. Dalam referensi terhadap sebuah kertas, berarti dua bagian dari sebuah kertas. Bagaimana membagi sumbu Z dalam sebuah kertas. Dan titik-titik temu daris setiap bagian dari sisinya
    .
  • Layering & Z-Axis
    Salah satu komponen besar dari MD ialah kedalaman dan sumbu Z. Sumbu Z tegak lurus terhadap kedua sumbu X dan Y, ini digunakan desainer untuk memposisikan elemen. Tapi pada Android Lollipop secara mengejutkan tidak hanya berdasarkan pada sumbu Z namun juga unsur ruang, membuat efek shadow dengan sempurna, secara umum menggunakan prinsip penyinaran secara global. Shadow yang dapat berubah tergantung pada masing-masing elemen.

    Chet Haase menjelaskan bahwa pekerjaan yang mereka lakukan pada MD tidak secara khusus diputuskan pada proyeksi ortografis, dimana shadow berada pada posisi elemen.

     
  • FAB (Floating Action Button)
    FAB akan menjadi salah satu prinsip besar dari desain Android. Contohnya adalah lingkaran kecil di bagian bawah pojok kanan pada Google+. FAB dimaksudkan untuk memberikan titik akses yang jelas dan mudah bagi pengguna, dan menjadi ciri pada setiap tampilan sebuah aplikasi. FAB bersifat fleksibel, dapat juga menjadi tombol utama, dan juga digunakan pada bagian menu lainnya.

     
  • Color & Contrast
    Ini merupakan aspek penting dari MD lainnya. Desainer dan engineer Android telah membawa Android jauh lebih berwarna. Dan pada Android Lollipop pengembang akan lebih mudah memadukan warna pada aplikasi mereka.

     
  • Palette
    Ditujukan untuk membuat aplikasi berwarna, konsisten, masuk akal, dan mudah untuk digunakan. Secara dasar Palette akan memeberikan pilihan warna yang mencolok seperti pada source asset dan menentukan elemen menjadi dark muted, dark vibrant, muted, vibrant, light muted, light vibrant.

     
  • A New, More 'Optimistic' Roboto
    Roboto telah menjadi standar desain font Android sejak versi Ice Cream Sandwich. Robot telah disempurnakan dan sekarang menjadi lebih fleksibel.

     
  • Imagery
    Pada MD, Google memberikan tampilan yang jauh lebih mudah dan menarik. Tampilan pada galeri, memunculkan hasil yang lebih baik dan relevan. Avatar dan thumbnail memberikan informasi dan penunjuk yang lebih jelas dan mudah.

     
  • Telling A Complete Stroy with Motion
    Desain gerak menjadi lebih hidup dan terasa pada MD. Pada tampilan antarmuka, saat pengguna menyentuh layar mereka akan mendapatkan dan meraskan efek yang berbeda dari lainnya. Konten antarmuka juga juga memberikan detil pada bagian kecil.

  • Grid
    Massimo Vignelli mengatakan bahwa grid adalah pakaian dari sebuah desain. Google memberi pedoman pada desainer mereka seperti mengatur garis di 16 dan 72 dp, atau 40dp pada dasar grid yang digunakan. Grid mendasari konten dan menjadikan elemen lebih rapi.

     
  • And So Much More
    Sudah jelas bahwa desainer dan engineer Android telah memberikan jutaan ide dan usah untuk membuat desain Android jauh lebih baik.


Pengembang akan beradaptasi dan mengeksplorasi lebih jauh lagi terhadap MD. Dan adaptasi pengguna juga sepertinya tidak akan menjadi masalah atau menyulitkan mereka. Adaptasi aplikasi yang pada MD akan menjadikan semuanya kelihatan jauh lebih baik dan meraskan pengalaman yang lebih hebat, dan tentunya akan mendorong ekosistem dalam jangka panjang.

Article in English


After a few months ago Google introduced Materials Design at its annual conference at the Google I/O, finally this time Android users can feel Materials Design in Android Lollipop packaging! Well this time will discuss the basic principles of Materials Design. The designer surely has known the principles of the design of Android before, but what has been developed by Google design team in Materials Design? Here it is ..

• Paper & Ink

Basic inspiration behind MD (Materials Design) is a simple material - from paper and ink. The paper is considered as an element of the interface, while the ink is color, animation is a ripple, is the dynamics of motion, and talent in design.

• Co-Planar Paper

This is a basic term when we talk about MD. In a reference to the paper, the two parts of a paper. How to divide the Z-axis in a paper. And meeting points from every part of the side.

• Layering & Z-Axis

One major component of the MD is the depth and the - axis perpendicular to the axis X and Y, is used designer to position elements. But on Android Lollipop surprisingly not only based on the Z-axis, but also elements of space, create a shadow effect perfectly, generally using the principle of global irradiation. Shadow which can be changed depending on each element.
Chet Haase explains that the work on the MD is not specifically decided on an orthographic projection, where the shadow is at the position of the element.

• FAB (Floating Action Button)

FAB will become one of the major principles of the design of Android. An example is the small circle at the bottom right corner on Google+. FAB is intended to provide a clear point and easy access for users, and a feature on each display an application. FAB is flexible, it can also be a primary key, and also used in the other menus.

• Color and Contrast

This is an important aspect of other MD. Designers and engineers have brought Android Android is much more colorful. And the Lollipop Android developers will be easier to integrate the color on their application.

• Palette

Intended to create colored applications, consistent, reasonable, and easy to use. On the basis of the Palette will be giving out the striking color options as the source of assets and determine the elements become muted dark, vibrant dark, muted, vibrant, muted light, vibrant light.

• A New, More 'Optimistic' Roboto

Roboto font design has been the standard since version of Android Ice Cream Sandwich. Robots have been refined and is now becoming more flexible.

• Imagery

In MD, Google gives the appearance of a much more convenient and attractive. Display in the gallery, bring better results and relevant. Avatar and thumbnail provide information and bookmark clearer and easier.

• Telling A Complete stroy with Motion

Motion design becomes more alive and felt in MD. At the interface, when the user touches the screen they will get and feel a different effect than others. Content also interface also gives details on small parts.

• Grid

Massimo Vignelli say that the grid is the underwear of a design. Google gives guidance on their designers such as arranging a line at 16 and 72 dp, or 40dp on the basis of the grid used. Underlying grid element content and make neater.

• And So Much More

It is clear that the designers and engineers Android has given millions of ideas and need to make Android a much better design.

Developers will adapt and explore further on MD. And adaptation users also unlikely to be a problem or trouble. Adaptation applications at MD will make everything look much better and feel a greater experience, and will certainly encourage the ecosystem further.


 

*this article is for softskill assignment for Gunadarma University

Name: Oky Oktavian Asha
Class: 3IA19
NPM: 55412593

source: http://www.androidpolice.com/2014/07/02/google-is-making-android-a-beautiful-dynamic-scrapbook-a-closer-look-at-material-design/

http://www.theverge.com/2014/11/12/7203161/android-5-0-lollipop-review
  • Older posts →
  • ← Newer Posts

About Me

This what you want, this is what you get.
Instagram: okyoktavianasha
Uber: BAJKTOKYO

Instagram

Instagram

Zomato

view my food journey on zomato!

Twitter

Tweets by @okyoktavianasha

Popular Posts

  • Apa Perbedaan UI dan UX
  • Tips Personal Branding untuk Mahasiswa
  • 7 Prinsip UI/UX
  • Arsitektur Website dan Yang Harus Anda Ketahui
  • Tugas: Desain Permodelan Grafik

Labels

Android Apple Apps Bisnis Budaya Camera Desain Developer Event Fotografi Future Leaders Google Indonesia Industri Intel iOS Komunitas Lumia Manchester United Media Microsoft Nokia Personal SEO Sepakbola Smartphone Smartwatch Softskill Sosial Symbian Belle Tekno Tugas Tutorial Uefa Urban USBI Website Windows Windows Phone

Hits

Subscribe Via Email

Submit for getting every new post!

  • Facebook
  • Twitter
  • Google+
  • Pinterest
  • RSS

Oky Asha

Oky Asha --- 2015.
Created by ThemeXpose. All Rights Reserved.